Apabila Berjanji Sebaiknya Mengucapkan

Apabila Berjanji Sebaiknya Mengucapkan–Anda pasti pernah mendengar kata insyaallah bukan? Tapi tahukah Anda apa arti kata itu?
Insyaallah berasal dari rangkaian kata yang berarti jika, sya’a berarti kehendak, dan Allah. Jadi, kalau bisa diartikan, kata insyaallah berarti jika Allah SWT berkehendak.

Anda pasti sering mendengar pepatah ini di berbagai percakapan. Ya, seperti ucapan lainnya, alhamdulillah, astaghfirullah, Allahu Akbar. Nah, semua ucapan ini berasal dari ajaran Islam.

Ucapan insyaallah berasal dari salah satu nabi dan rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Singkat cerita, Nabi Muhammad SAW mendapat pertanyaan dari an-Nadhar bin al-Harith dan Uqbah bin Abu Mu’aith yang merupakan dua orang yang cukup cerdas dari suku Quraisy.
Ketika Nadhar dan Uqbah bertanya, Nabi Muhammad SAW menjawab, “Aku akan memberitahumu tentang apa yang kamu tanyakan besok.”
Namun sayangnya pertanyaan itu tidak pernah dijawab oleh Nabi Muhammad SAW. Sehingga turunlah surah Al-Kahfi ayat 23-24 yang artinya :

“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok, kecuali (dengan menyebut), Inshaa Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.”

Apabila berjanji sebaiknya mengucapkan lafadz in shaa Allah atau  إِنْ شَاءَ ٱللَّٰهُ. Lafadz inshaa Allah tersebut disunahkan yaitu untuk diucapkan agar menunjukkan bahwa semua hal yang dilakukan oleh manusia harus berdasarkan kehendak Allah.

Pembahasan

Insha Allah berasal dari rangkaian kata  yang berarti jika, sya’a berkehendak dan Allah. Jadi kalau bisa mengartikan kata insyaallah, artinya apakah Allah SWT berkehendak. Anda pasti sudah cukup sering mendengar kalimat ini  dalam berbagai percakapan. Ya alhamdulillah, astagfirullah, Allahu Akbar, serta peribahasa lainnya.

Sekarang, semua ucapan ini diambil dari ajaran Islam. Insya Allah berasal dari salah satu Nabi dan Rasul terakhir, Nabi Muhammad SAW. Singkat cerita, Nabi Muhammad SAW ditanyai oleh dua anggota suku Quraisy yang sangat cerdas, An Nadar bin Al Haritz dan Uqba bin Abu Muayis.