Mari Berkenalan Dengan Kampung Radiator Malangsari Yuk!

Liputanberitaku.com– Mari Berkenalan Dengan Kampung Radiator Malangsari Yuk!- Hallo sobat liputanberitaku.com???tau gak sih kalau para perantau Wonogiri itu identik dengan usaha mi ayam dan bakso. tetapi, berbeda dengan warga Dusun Malangsari, Desa Pandeyan, Kecamatan Jatisrono ini. kebanyakan dari mereka menjalani profesi berbeda di perantauan, yakni sebagai ahli servis radiator. Karena itu tak heran bila Dusun Malangsari dikenal dengan Kampung Radiator.

Kepala Dusun Malangsari Yanto menyebut setidaknya 90 persen warganya berprofesi sebagai tukang servis radiator. Usaha ini sudah dijalani warga setempat turun temurun sejak 1960.

Hampir semuanya adalah bengkel radiator. Senin (20/5) mengatakan sudah pindah ke beberapa kota di Indonesia.

Bapak Yanto mengatakan, hampir bisadipastikan jika di sebuah kota ada tukang servis radiator, maka asalnya dari Malangsari. “Kalau tidak percaya silakan dicek dan langsung ditanya saja. Kebanyakan dari mereka yang buka usaha servis radiator pasti dari Dusun Malangsari,” kata Yanto.

Mari Berkenalan Dengan Kampung Radiator Malangsari Yuk!

Dusun Malangsari, Desa Pandeyan, Kecamatan Jatisrono memiliki 3 RT dan 1 RW. Ada 182 kepala keluarga (KK) terdiri dari 582 jiwa. Rata-rata warga bekerja sebagai tukang servis radiator, sedangkan sebagian kecil menjalani profesi sebagai PNS, petani dan pedagang.

Setelah lulus SMP atau SMA/SMK, warga Malangsari biasanya langsung diajak merantau saudara atau tetangga ke luar kota. Mereka kemudian dididik menjadi tukang servis radiator. Setelah mahir, kemudian membuka usaha sendiri di lokasi lain.

“Tahun ini ada tiga lulusan SMK belum pengumuman sudah bekerja ke luar kota ikut saudaranya jadi tukang servis radiator juga,” terangnya.

Praktis, di Dusun Malangsari tidak ada pengangguran. Sebab, begitu lulus sudah langsung diajak bekerja luar kota. Budaya merantau juga membuat dusun ini begitu sepi karena yang berada di rumah mayoritas tinggal para orang tua. “Kalau menyebar undangan untuk orang hajatan ya orang-orang tua yang jalan,” katanya.

Rudi Dwi Santoso, 35, yang didaulat menjadi ketua Generasi Radiator Malangsari (Geram) ketika dihubungi Jawa Pos Radar Solo mengaku awal mula menjadi tukang servis radiator sejak lulus SMK pada 2000 silam. Semula dia ikut tetangga dan kerabatnya untuk bekerja sekaligus belajar menjadi tukang servis radiator. Tidak ada pendidikan khusus, para tukang servis radiator ini hanya belajar otodidak dibantu senior-seniornya.

“Saya awalnya ikut orang di Sidoarjo, Jawa Timur selama 3 tahun. Lalu pindah ke Klaten selama 3 tahun. Selanjutnya ikut kerabat, lalu buka sendiri (jasa servis radiator) di Karanganyar cuma 1 tahun,” kata Rudi.

Kemudian pada 2011, Rudi mulai membuka usaha sendiri di sebuah kecamatan di Blitar, Jawa Timur. Dengan modal Rp 7 juta, Rudi mulai membangun usahanya sendiri di tanah rantau. Di wilayah Blitar, banyak juga warga Malangsari yang menjadi tukang servis radiator.

“Modal sekitar Rp 7 juta. Untuk kontrak tanah Rp 3 juta selama 3 tahun pertama. Kemudian bangun bengkel Rp 4 juta. Jadi saya kontrak tanah lalu dibangun sendiri, sampai sekarang,” katanya.

Sudah 7 tahun ini Rudi menjadi tukang servis radiator di Blitar. Saat ini, salah satu kerabatnya juga ikut dia untuk belajar sekaligus membantu dia untuk dikader. Rata-rata per hari Rudi bisa menyelesaikan 6 radiator.

Dia tidak sendiri, mulai mertua, paman dan adik keponakannya pun terjun menekuni profesi sama menjadi tukang servis radiator. Sama seperti Rudi, mereka belajar otodidak, kemudian membuka usaha mandiri.

 

 

 

artikel asli