Obat Sakit Lutut yang Ampuh Mengatasi Nyeri

liputanberitaku.comNyeri lutut merupakan masalah kesehatan non-selektif karena menyerang orang-orang dari segala usia. Penyebab sakit lutut di awal Mayo Clinic bisa berkisar dari cedera, arthritis, asam urat hingga infeksi. Gangguan kesehatan ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari seperti berjalan kaki, menaiki dan menuruni tangga, sehingga sulit untuk bangun setelah terlalu lama duduk.

Nyeri sendi lutut ringan umumnya dapat diobati dengan obat-obatan dan perawatan rumah sederhana. Terkadang dokter juga merekomendasikan fisioterapi atau penggunaan penyangga lutut. Pada kasus yang parah, pengobatan nyeri lutut memerlukan tindakan medis seperti pembedahan.

1. Obat sakit lutut yang dijual bebas

Menurut laporan dari Everyday Health, jenis obat nyeri lutut yang dijual bebas atau dibeli tanpa resep adalah pereda nyeri atau obat anti inflamasi. Contoh obat yang dijual bebas termasuk asetaminofen, obat antiinflamasi non steroid, atau obat antiinflamasi non steroid (NSAID), termasuk aspirin, ibuprofen, dan naproxen. Obat-obatan ini dapat membantu mengobati nyeri lutut dari keseleo ringan hingga artritis.

Meski obat nyeri lutut ini dijual bebas atau tanpa resep dokter, namun penderitanya tetap harus berhati-hati saat menggunakan obat pereda nyeri atau antiradang ini. Baca dengan cermat petunjuk penggunaan obat sampai peringatan. Beberapa obat yang dijual bebas ini memiliki efek samping gangguan pencernaan bila dikonsumsi dalam dosis terlalu tinggi atau terlalu tinggi.

2. Obat sakit lutut oles atau krim

Selain obat yang diminum atau obat oral, ada juga obat sakit lutut jenis salep atau krim. Melansir Verywell Health, salep atau krim obat sakit lutut yang dijual bebas biasanya mengandung capsaicin atau ekstrak cabai. Obat yang memberikan sensasi hangat ketika dioleskan ke lutut ini bisa membantu mengobati sendi lutut yang sakit. Kendati tidak mengobati sakit lutut secara langsung, tapi obat ini dapat membantu menghilangkan rasa sakit dengan cara mengurangi intensitas sinyal nyeri yang dikirim di sepanjang jalur saraf.

3. Obat sakit lutut resep dokter

Dokter biasanya meresepkan pereda nyeri, yang lebih efektif daripada obat bebas. Contoh obat yang mungkin diresepkan dokter Anda termasuk NSAID dan obat untuk mengurangi efek samping dari peningkatan asam lambung. Obat ini biasanya diberikan untuk mengobati nyeri lutut sedang hingga parah.

Penggunaan obat sakit lutut resep ini butuh pengawasan dokter. Pasalnya, sejumlah obat memiliki efek samping memicu anemia dan gangguan ginjal, apabila obat dikonsumsi dalam jangka panjang.

Pasalnya, penggunaan obat ini dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko gangguan otot, tendon, dan osteoporosis. Selain obat-obatan oral, terkadang dokter meresepkan krim atau salep nyeri lutut yang mengandung diklofenak.

Krim atau salep dapat membantu meredakan nyeri lutut pada pasien yang tidak dapat mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti: B. pada pasien nyeri lutut yang mengalami gangguan lambung.

4. Obat sakit lutut suntik

Ada beberapa jenis obat nyeri lutut yang disuntikkan langsung untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Jenis obat yang paling umum digunakan untuk mengobati nyeri lutut akibat osteoartritis adalah kortikosteroid. Terapi injeksi dengan kortikosteroid biasanya dilakukan antara enam minggu dan enam bulan. Namun, sebagian besar terapi ini diberikan tidak lebih dari tiga suntikan per tahun.

Obat sakit lutut suntik kortikosteroid umumnya tidak direkomendasikan untuk penderita diabetes. Sebagai gantinya, penderita diabetes biasanya diberikan obat sakit lutut suntik dengan komposisi utama asam hialuronat.

5. Obat sakit lutut untuk penyakit autoimun

Pengobatan nyeri lutut yang berhubungan dengan penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis dilakukan melalui obat antiinflamasi modifikasi penyakit (DMARDs). Pereda nyeri lutut jenis ini dapat mengurangi peradangan di seluruh tubuh dengan mengubah respons sistem kekebalan. Namun, DMARD dapat mengurangi respons sistem kekebalan. Oleh karena itu, pasien yang rentan terhadap infeksi sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk meminimalkan efek samping obat.

#artikel-asli